Dalam tradisi masyarakat Banjar, setiap hajatan besar seperti pernikahan, khitanan, atau acara syukuran sering disertai dengan berbagai sarat — tanda atau simbol yang dipercaya membawa makna tertentu. Salah satu di antaranya adalah sugesti bahari, sebuah kebiasaan lama yang dilakukan agar cuaca tetap cerah dan tidak turun hujan selama acara berlangsung.
Biasanya, panitia atau tuan rumah akan meletakkan sepasang bawang merah dan lombok (cabai merah) yang ditancapkan di tanah atau di belakang pelaminan.
Tindakan sederhana ini bukan sekadar kebiasaan tanpa arti, melainkan bentuk simbolik dari harapan dan doa.
Bawang merah dan lombok melambangkan panas dan keteguhan, sebagai sugesti agar hari tetap panas dan acara berjalan lancar tanpa hujan.
Selain itu, di beberapa tempat juga dilakukan sarat tambahan, seperti:
Menaruh pisau atau besi tajam di bawah tenda, dipercaya dapat “memotong” awan hujan.
Membakar kemenyan atau dupa ringan, sebagai wujud penghormatan kepada alam dan memohon restu agar cuaca bersahabat.
Ada pula yang menutup cermin atau benda mengkilap, agar tidak “mengundang” hujan lewat pantulan sinarnya.
Meski bagi sebagian orang hal ini dianggap sekadar warisan kepercayaan lama, namun bagi masyarakat Banjar, sugesti bahari merupakan bagian dari kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun — sebagai bentuk ikhtiar batin dan penghormatan kepada alam agar setiap acara penuh berkah dan kelancaran.
---






0 Comments:
Posting Komentar